Minggu, 30 Januari 2022

[Review] The Sex Lives of College Girls: Drama Kehidupan Para Mahasiswi Baru Di Kampus Essex!



#Description:
Title: The Sex Lives of College Girls - First Season (2021)
Casts: Pauline Chalamet, Amrit Kaur, Renee Rapp, Alyah Chanelle Scott, Gavin Leatherwood, Chris Meyer, Ilia Isorely's Paulino, Renika Williams, Midori Francis, Lolo Spencer, Rob Huebel, Nicole Sullivan, James Morosini, Kavi Ramachandran Ladnier, Mekki Leeper, Conor Donally, Sherri Sheperd
Created By: Mindy Kaling, Justin Noble
Studio: Warner Bros Television, HBO Max


#Synopsis:
Kimberly Finkle (Pauline Chalamet) akhirnya berhasil masuk ke Essex University dan membanggakan kedua orang tuanya. Meskipun Kimberly hidup dalam keluarga dengan ekonomi yang serba pas-pasan tak membuat ibu dan ayahnya melupakan pendidikan terbaik bagi anaknya. Karena diharuskan tinggal di asrama, Kimberly untuk pertama kalinya harus berpisah dengan ayah dan ibu. Meskipun harus hidup mandiri, Kimberly merasa sangat senang dan tidak sabar untuk segera menjadi seorang mahasiswi di kampus yang sangat terkenal.



Kimberly mendapat kamar bersama dengan empat mahasiswi baru lainnya yaitu Leighton Murray (Renee Rapp), gadis cantik berambut pirang anak orang kaya yang berasal dari New York City. Kemudian ada Whitney Chase (Alyah Chanelle Scott), bintang pemain bola perempuan di SMA dan merupakan anak kandung dari Senator Amerika Serikat. Dan yang terakhir Bela Malholtra (Amrit Kaur) gadis berdarah India-Amerika yang sangat terobsesi menjadi seorang penulis naskah komedi terkenal.
Hari pertama tinggal di asrama, Leighton sangat kecewa karena tidak satu kamar bersama dengan sahabat SMA nya yaitu Carla dan Ginger. Ia pun mengajukan protes kepada pihak administrasi kampus dan meminta untuk pindah kamar. Tapi sayang, Leighton mendapat kenyataan jika Carla dan Ginger tidak ingin lagi bersahabat dengannya karena menganggap Leighton terlalu fake dari segala hal. Leighton pun kesal dan akhirnya mau menerima untuk satu kamar bersama Kimberly, Whitney dan Bela.



Hari demi hari terus berlalu, Kimberly, Leighton, Whitney dan Bela mengalami banyak kejadian selama tinggal di asrama. Kimberly yang kutu buku mendapatkan pekerjaan sampingan sebagai waitress di Coffee Shop dekat kampus. Kehadiran Whitney di tim sepak bola perempuan kampus membuatnya berkenalan dengan asisten pelatih bola yaitu Dalton (James Morosini). Keduanya pun menjalin hubungan asmara diam-diam dan tidak diketahui oleh siapapun. Sementara itu, Bela sangat terobsesi untuk bergabung dalam grup komunitas The Catullan yang beranggotakan para penulis komedi dari berbagai jurusan. Bela bahkan rela melakukan apa saja asalkan bisa masuk dalam komunitas tersebut.
Suatu waktu, Leighton tak kunjung pulang padahal waktu sudah larut malam. Hal tersebut membuat Kimberly, Whitney dan Bela khawatir. Keesokan harinya, Leighton pulang dan langsung dimarahi oleh ketiga teman sekamarnya itu. Leighton terkejut sekaligus marah. Ia meminta kepada Kimberly, Whitney dan Bela untuk tidak peduli dan ingin tahu soal apa yang ia lakukan semalaman. Setelah kejadian itu, mereka berempat kembali akur dan dibuat terkejut lagi oleh Bela yang dengan polosnya melakukan hal senonoh kepada seluruh anggota laki-laki The Catullan agar ia bisa diterima dengan mudah masuk ke komunitas itu. Tak hanya itu saja, Bela pun sangat terobsesi ingin menaklukan seluruh pria bertubuh atletis dan mengajaknya untuk berhubungan intim sepuasnya.



Disaat ketiga rekannya fokus mengejar passion mereka, hal serupa turut dilakukan Kimberly. Ia sangat ingin menguasai bahasa Perancis. Ia pun berusaha untuk masuk ke komunitasnya. Namun sayang, karena latar belakang keluarga dan ekonomi membuat Kimberly tidak bisa bergabung dengan komunitas itu. Ia pun terpaksa mengurungkan niatnya dan memilih untuk belajar mandiri. Kimberly pun meminta bantuan pada Nico (Gavin Leatherwood) kakak dari Leighton untuk memberikan les bahasa Perancis.
Leighton kembali membuat kekacauan. Ia mabuk dan melempar botol alkohol ke patung simbol kampus Essex. Hal tersebut membuatnya harus dihukum dan harus menjalani kegiatan di komunitas Women's Center. Selama berada disana, Leighton harus berbaur dan mendengar setiap permasalahan para wanita yang ada di kampus. Disana juga ia bertemu dengan salah satu anggotanya yaitu Alicia (Midori Francis). Sementara itu, hubungan Whitney dan Dalton pun mulai terkena masalah. Dalton ternyata sudah mempunyai istri dan seorang anak. Whitney sangat terkejut dengan fakta tersebut dan meminta untuk segera berpisah. Namun Dalton berasalan jika ia dan sang istri akan segera bercerai sehingga ia lebih memilih untuk menjalin asmara dengan Whitney.



Permasalahan pun datang menghampiri Bela. Ia dibenci seluruh anggota perempuan The Catullan karena telah melakukan hal tidak senonoh kepada pacar mereka. Karena kejadian itulah beberapa anggota laki-laki dari The Callutan menganggap Bela sebagai perempuan yang mudah untuk diajak berhubungan seksual. Mereka mencoba menggoda Bela namun Bela sadar jika hal tersebut adalah perilaku pelecehan seksual. Kimberly juga mengalami permasalahan. Nilai akademis dan ekonominya menurun drastis gara-gara sering bercumbu dengan Nico. Tak hanya itu saja, Kimberly pun harus menelan kekecewaan luar biasa setelah mengetahui Nico sudah memiliki kekasih yang sedang kuliah di Kanada.


#Review:
Platform streaming HBO Max menghadirkan sebuah serial drama teenagers terbaru berjudul THE SEX LIVES OF COLLEGE GIRLS - FIRST SEASON (2021) yang dirilis pada bulan November - Desember 2021 lalu. Serial ini diciptakan oleh salah satu aktris sekaligus penulis naskah populer di Amerika Serikat yaitu Mindy Kaling.


Untuk segi cerita, sudah bisa disimpulkan dari judulnya kan? Premisnya hampir mirip dengan serial SEX EDUCATION milik Netflix namun versi anak kuliahan. Tapi yang lebih menarik dari serial ini adalah faktor durasi setiap episodenya yang tidak terlalu panjang. Selain itu, setiap episodenya juga memiliki plot-plot menarik dan tidak membosankan. Serial ini tidak sepenuhnya membahas seks atau mengobral adegan panas saja. Mindy Kaling dan tim produksi menyelipkan berbagai issue yang sangat mudah kita temukan disekitar kita. Setiap karakter yang hadir dalam serial ini juga begitu related dengan remaja beranjak dewasa saat ini. Issue pelecehan seksual, pencarian jati diri, drama perselingkuhan dengan pria beristri, kecanduan berhubungan asmara hingga membuat nilai akademis anjlok adalah realita nyata yang tidak bisa kita pungkiri.


Jajaran pemainnya juga tampil penuh dengan totalitas dan mendapatkan pengembangan karakter yang sangat oke. Aku tak menyangka jika pemeran Kimberly Finkle adalah saudara kandung dari aktor Timothee Chalamet. Pantesan selama menonton sepuluh episode ini wajah Pauline ini kayak gak asing banget. Setiap karya dari Mindy Kaling selalu menampilkan sosok karakter berdarah American-India yang seolah seperti mewakilkan dirinya. Di serial ini, karakter Bela Malholtra tampil begitu polos dan sangat penasaran akan segala hal yang selama ini belum ia coba. Diskriminasi dan rasisme yang ia terima dari orang-orang disekitarnya ternyata masih ada. Selain itu, karakter yang tak kalah menarik lainnya yaitu Whitney Chase yang merupakan bintang soccer perempuan sekaligus anak dari senator Amerika Serikat. Konflik yang menyertai Whitney pun cukup menarik tentang hubungan terlarang dengan pelatih yang sudah memiliki istri. Sebagai perempuan remaja, Whitney hampir terjebak oleh gombalan lelaki dewasa. Dan yang terakhir adalah Leighton Murray yang merupakan siswi paling cantik, fashionable, mewah dan memiliki keluarga yang semuanya alumni Essex University. Dibalik sosoknya yang perfect itu ternyata ia menyimpan rahasia yang mampu merusak citranya dalam sekejap. Pergolakan batin yang dialami oleh seluruh karakter utama dalam serial ini sangat bagus.
Overall, serial THE SEX LIVES OF COLLEGE GIRLS (2021) jauh lebih sederhana dan sangat enjoy untuk diikuti. Musim kedua akan segera hadir di tahun ini!


[8.5/10Bintang]

Jumat, 28 Januari 2022

[Review] Ben & Jody: Ketika Dua Pemilik Filosofi Kopi Terjebak Di Hutan Rimba



#Description:
Title: Ben & Jody (2022)
Casts: Chicco Jerikho, Rio Dewanto, Yayan Ruhian, Aghniny Haque, Hana Malasan, Muzakki Ramdhan, Reza Hilman, Arswendi Beningswara, Ruth Marini, Yayu Unru, Luna Maya, Faris Alfarizi, Bebeto Leutualy, Ari Lesmana, Ricky Saldian, Muhammad Aga, Aufa Dien Assagaf
Director: Angga Dwimas Sasongko
Studio: Visinema Pictures, Jagartha, Astro Shaw


#Synopsis:
Ben (Chicco Jerikho) memutuskan berhenti sebagai Barista di Filosofi Kopi dan memilih untuk pulang ke kampung halamannya. Selama tinggal disana, Ben selalu aktif membantu warga memperjuangkan hak-hak mereka yang dirugikan oleh perusahaan pertambangan. Puncaknya, Ben menjadi pimpinan aksi unjuk rasa memblokir akses masuk hutan dan desa untuk mencegah aksi pembalakan. Namun sayang, aksi Ben dan para warga tersebut dilawan oleh pihak perusahaan. Mereka diserang dan diminta untuk segera membubarkan diri.


Sementara itu, Jody (Rio Dewanto) dan Tarra (Luna Maya) kini semakin fokus untuk mengembangkan bisnis kedai Filosofi Kopi di Jakarta. Keduanya bahkan siap menghadirkan konsep baru bertema disko untuk Filosofi Kopi. Jody pun meminta Ben untuk datang ke acara peluncuran konsep tersebut. Tapi saat hari itu tiba, Ben malah tidak datang. Jody kesulitan mendapat kabar dari sahabatnya itu. Jody pun langsung bergegas pergi ke kampung halaman Ben setelah acara peluncuran selesai.


Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, Jody pun tiba di rumah Ben. Tapi sayang, rumahnya kosong dan nomor ponsel Ben tidak bisa dihubungi. Jody semakin panik dan segera pergi ke kantor polisi untuk melaporkan soal hilangnya Ben. Setelah selesai melapor ke pihak polisi, Jody bertemu dengan Pak Hasan (Arswendi Beningswara) kerabat dari Ben yang juga sedang mencari keberadaan Ben. Satu-satunya jejak yang ditinggalkan Ben adalah ponselnya yang jatuh dan ditemukan Pak Hasan dipinggir jalan. Jody pun meminta ponsel tersebut untuk ia periksa dan mencari petunjuk tentang keberadaan Ben.


Ketika ponsel berhasil dinyalakan, Jody terkejut melihat sebuah video yang menampilkan Ben diserang dan disekap oleh dua orang laki-laki. Dalam perjalanan menuju tempat istirahat, Jody tak sengaja melihat dua laki-laki yang sama persis dengan yang ada dalam video di ponsel Ben. Diam-diam Jody mengikuti dua orang tersebut dan berharap bisa segera menemukan Ben. Namun sayang, aksi Jody tersebut ketahuan dan ia langsung disekap dan dibawa ke markas mereka. Disana Jody akhirnya bertemu dengan Ben yang sama-sama disekap dan dijadikan budak dari Aa Tubir (Yayan Ruhian). Ben dan Jody dikurung dalam kerangkeng beserta para warga desa lainnya.


Selama disekap oleh komplotan Aa Tubir, Ben dan Jody beserta para warga lain dijadikan budak untuk menebang pohon. Mereka tak bisa kabur atau bergerak dengan bebas karena anak buah Aa Tubir siap menembak siapapun yang mencoba melarikan diri. Hingga pada akhirnya Ben dan Jody punya rencana untuk diam-diam kabur dari sekapan Aa Tubir saat anak-anak buahnya sedang lengah. Dengan dibantu Pak Hamid (Yayu Unru) dan warga lain yang disekap, Ben dan Jody berhasil meloloskan diri. Mereka berlari menuju hutan dengan bantuan petunjuk dari Pak Hamid. Sialnya, aksi kabur mereka ketahuan. Anak buah Aa Tubir langsung bergerak cepat memburu Ben dan Jody ditengah hutan.



Aksi kejar-kejaran pun tak terhindarkan. Jody terkena luka tembakan dan membuatnya semakin sulit untuk melarikan diri. Ben sekuat tenaga untuk melawan sekaligus menyelamatkan Jody secepatnya. Setelah berhasil bersembunyi, Ben dan Jody bertemu dengan empat penduduk desa terdekat dari lokasi pembalakan hutan. Mereka dalah Rinjani (Hana Malasan), Tambora (Aghniny Haque), Jago (Reza Hilman) dan Musang (Muzakki Ramdhan). Ben dan Jody segera dibawa ke desa untuk mendapatkan pengobatan. Selama berada disana, Ben dan Jody meminta tolong agar para warga tidak menyerang balik kelompok Aa Tubir. Lebih baik mereka segera melapor ke pihak polisi karena bisa saja desa mereka diserang dan dihancurkan oleh kelompk Aa Tubir. Mampukah Ben dan Jody keluar dari hutan rimba dan berhasil lolos dari kejaran kelompok Aa Tubir?


#Review:
Awal tahun 2022, Visinema Pictures menggebrak industri perfilman Indonesia dengan menghadirkan sebuah film dengan perubahan genre secara ekstrem dari franchise IP FILOSOFI KOPI! Seperti yang sudah kita ketahui selama ini, dua film FILOSOFI KOPI (2017) beserta serialnya itu memiliki genre drama tentang dua pemilik kedai kopi beserta kehidupan mereka masing-masing. Tapi pada film BEN & JODY (2022) ini, Angga Dwimas Sasongko banting stir genre ke arah drama action! Rasa khawatir dan skeptis pun bermunculan di sosial media dengan keputusan tersebut. Mereka kurang yakin jika karakter yang berdasarkan novel karya Dewi Dee Lestari itu apakah bisa menjadi sebuah sajian action?


Untuk segi cerita, Angga Sasongko membawa kisah dua tukang kopi di Jl. Melawai Blok M ini ke dalam hutan rimba dan harus berhadapan dengan para pelaku pembalakan hutan. Issue yang diangkat oleh film ini berdasarkan hasil brainstorming dirinya dengan mendiang Glenn Fredly yang memang dikenal sangat peduli akan lingkungan. Tak hanya itu saja, film ini juga turut menyoroti perilaku manusia yang dengan tega melakukan praktek perbudakan dan kerangkeng. Hal yang dikiranya cuma ada dalam film, tapi ternyata kasus tersebut baru saja ditemukan di Langkat, Sumatera Utara dan pelakunya adalah Bupati nya sendiri. Sungguh miris!
Alur cerita film BEN & JODY (2022) bergerak cukup cepat dan sangat mudah untuk diikuti, meskipun belum pernah menonton dua film dan serial-serial dari FILOSOFI KOPI. Keseruan dan ketegangan bisa terjaga dengan sangat baik saat film ini mulai berfokus di hutan rimba. Penonton diajak untuk kucing-kucingan antara geng Aa Tubir dengan Ben dan Jody. Hal tersebut cukup berhasil memacu adrenaline disepanjang durasi film. Seiring berjalannya waktu, intens action mulai diturunkan dan diganti dengan interaksi menarik antara seluruh karakter. Aku sangat suka dengan karakterisasi Aa Tubir yang diperankan oleh Yayan Ruhian. Dengan logat Bahasa Sunda nya, aksi Kang Yayan benar-benar bisa mengancam sekaligus menghibur siapapun yang bertemu dengannya. Moment Aa Tubir menikmati kopi racikan Ben menjadi adegan paling oke dari film ini. Keseruan terus berlanjut disaat Ben dan Jody bertemu dengan warga desa Wanareja yaitu Rinjani, Tambora, Jago dan Musang. Pendalaman cerita pun kembali dikulik pada bagian ini. Namun sayang, disaat intensitas action diturunkan, aku sedikit merasa bosan dan mengantuk. Elemen drama dan dialog antar karakternya tak membuatku tertarik dan ingin buru-buru untuk adegan action lagi saja. Bahkan beberapa dialog antara Ben dan Jody tidak terdengar jelas karena tertutupi oleh kebisingan efek musik yang menggelegar. Mungkin lebih baik jika film ini diberi subtitle Bahasa Indonesia saja sehingga kita bisa mengetahui dialog-dialog yang kurang jelas itu.
Beberapa kekurangan kecil lainnya cukup aku rasakan. Plot twist yang dihadirkan tidak terlalu mengejutkan dan sangat predictable. Mungkin jika menghilangkan kejutan tersebut dan memilih untuk memperdalam motif Aa Tubir sebagai pelaku pembalakan secara liar dan ilegal pasti akan jauh lebih reasonable.



Meskipun mempunyai sedikit kekurangan, film BEN & JODY (2022) mempunyai sekuens aksi yang memukau. Dua karakter ikonik rekaan Dee Lestari yang selama ini identik sebagai tukang kopi, kini bisa tampil gahar dan tembak-tembakan! Aksi keduanya pun tidak langsung terlihat expert. Angga Sasongko memilih Ben dan Jody terlihat sangat amatir saat harus bertahan hidup di hutan rimba. Kehadiran para musuh dan jagoan baru dalam universe FILOSOFI KOPI ini semakin beragam dan menarik perhatian. Aa Tubir, Rinjani, Tambora, Jago dan Musang bisa kali di upcoming movie pergi ke Jakarta dan ngopi-ngopi cantik di Filkop Melawai. Hahaha.
Untuk segi visual dan camera movement, Angga Sasongko kembali menunjukkan skillnya dengan mengarahkan gambar yang lebih smooth dan dinamis. Koreografi final battle hingga aksi kejar-kejaran mobilnya pun eksekusinya mantap! Bahkan jauh lebih keren ketimbang film WIRO SABLENG (2018) yang digarap Angga Sasongko juga.


Overall, genre banting stir secara ekstrem yang dilakukan film BEN & JODY (2022) ternyata tidaklah buruk dan mengecewakan. Malah jauh lebih memukau dan memperdalam tentang makna sahabat sampai mati dari karakter ikonik Ben dan Jody. Visinema memulai tahun 2022 dengan kejutan yang tak terduga! Next movie bisa kali karakter lain di Filosofi Kopi dapet genre horror atau thriller. Hahaha.


[8/10Bintang]

Selasa, 25 Januari 2022

[Review] Just Mom: Kisah Seorang Ibu Yang Kesepian Dan Rindu Akan Anak-Anaknya



#Description:
Title: Just Mom (2022)
Casts: Christine Hakim, Niken Anjani, Ge Pamungkas, Toran Waibro, Ayushita Nugraha, Dea Panendra, Haru Sandra, Jordan Omar
Director: Jeihan Angga
Studio: Dapur Film, Taman Wisata Candi (TWC) Media


#Synopsis:
Diusianya yang semakin senja, Ibu Siti (Christine Hakim) kini hanya tinggal dengan anak ketiganya, Jalu (Toran Waibro) dan asisten rumah tangga, Mbak Sum (Dea Panendra). Anak pertama dari Ibu Siti yaitu Pratiwi (Niken Anjani) sudah menikah dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki. Pratiwi dan sang suami bekerja mengelola Event Organizer sehingga hampir setiap hari selalu sibuk. Sementara itu, anak kedua Ibu Sri yaitu Damar (Ge Pamungkas) disibukkan mengejar kariernya di bidang arsitektur. Meskipun keluarga Ibu Siti semakin jarang bertemu, mereka selalu meluangkan waktu untuk menjaga silaturahmi melalui grup chat di Whatsapp.



Ibu Siti sendiri merupakan seorang bidan yang sudah pensiun. Alasan pensiun pun selain usia yang semakin tua, Ibu Siti mengidap kanker sehingga harus banyak istirahat. Selama menjalani pengobatan dan cek ke dokter, Ibu Siti ditemani oleh Jalu. Pratiwi dan Damar semaksimal mungkin memantau kesehatan Ibu Siti dari Jalu.
Karena terbiasa sibuk dan bekerja, Ibu Siti merasa kesepian dan tak bisa hanya berdiam saja dirumah. Bahkan setiap melamun, Ibu Siti selalu banyak pikiran dan membuatnya pusing. Karena tak ingin masa tuanya kesepian, Ibu Siti memutuskan untuk merawat seorang wanita ODGJ (Orang Dalam Gangguan Jiwa) yang tengah hamil tua bernama Murni (Ayushita Nugraha) di rumahnya. Kehadiran Murni di rumah membuat Jalu dan Mbak Sum khawatir akan keselamatan Ibu Siti. Bisa-bisanya Ibu Siti mengajak orang gila untuk tinggal bersama dengan mereka. Mbak Sum kemudian melaporkan hal tersebut kepada Pratiwi dan Damar.


Mendengar sang ibu merawat orang gila membuat Pratiwi dan Damar terkejut. Mereka langsung pulang ke rumah untuk memastikan kabar tersebut. Ibu Siti memastikan jika ia baik-baik saja. Keputusan Ibu Siti untuk merawat Murni karena sedang hamil tua dan tidak mempunyai keluarga. Ibu Siti juga meminta Jalu dan Mbak Sum untuk turut merawat dan mengawasi Murni agar semuanya baik-baik saja.
Kehadiran Murni di rumah membuat suasana menjadi hangat. Ibu Siti merawat Murni dengan telaten dan mengajari kegiatan sehari-hari kepadanya. Rasa kesepian yang dirasakan Ibu Siti perlahan mulai memudar setelah kehadiran Murni. Ibu Siti kembali merasakan seperti seorang ibu yang sedang merawat anak kecil.



Kehadiran Murni di rumah ibunya itu membuat Pratiwi dan Damar memutuskan untuk giliran pulang kerumah. Kerinduan Ibu Siti akan kumpul keluarga akhirnya bisa terwujud. Sambil menghabiskan akhir pekan, keluarga Ibu Sri pergi jalan-jalan ke Candi Prambanan. Mereka semua nampak bahagia, termasuk Murni yang kini sudah bisa tersenyum dan main bersama dengan anaknya Pratiwi.



#Review:
Sukses besar dengan MEKKAH I'M COMING (2019), sutradara Jeihan Angga bersama dengan Dapur Film milik Hanung Bramantyo kembali berkolaborasi menghadirkan sebuah film terbaru yang berjudul JUST MOM (2022). Film ini sudah premiere di JAFF Jogja 2021 dan sukses mendapat respon sangat positif dari para penonton disana.


Aku berkesempatan hadir pada Special Screening film JUST MOM (2022) pada moment Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember lalu di Cinema XXI Plaza Senayan, Jakarta. Acara tersebut dihadiri oleh para keluarga pemain dan tamu undangan dari PT. Taman Wisata Candi dalam rangka memperingati Hari Ibu. Acara tersebut terasa sangat intimate dan penuh dengan haru biru karena Ibu Christine Hakim mengajak sosok ibu yang selama ini selalu mendukungnya. Hal tersebut membuat seluruh tamu undangan dan para pemain lain ikut terharu dan langsung rindu akan orang tua.



Untuk segi cerita, film JUST MOM (2022) ini menyajikan cerita tentang seorang ibu yang merasa kesepian setelah anak-anaknya tumbuh dewasa dan sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Jeihan Angga memotret kesepian Ibu Siti ini sungguh bikin sesak dada. Adegan awal yang hanya menampilkan group chat Whatsapp antara Ibu Siti dan ketiga anaknya saja sudah membuatku berkaca-kaca. Cerita terus bergulir disaat Ibu Siti menolong Murni, perempuan OGDJ yang tengah hamil tua. Kehadiran Murni di hidup Ibu Siti menjadi lebih berwarna. Kasih seorang ibu memang tidak pernah pandang bulu. Ibu Siti dengan telaten merawat Murni layaknya seperti anak kandungnya sendiri. Kebersamaan yang tercipta diantara Ibu Siti dengan Murni begitu manis dan lucu. Ibu Siti terasa seperti mengurus anak perempuan karena sosok Murni tidak bisa berbicara dan berpikir dengan lancar.


Film JUST MOM (2022) benar-benar membuktikan dengan nyata jika rasa sayang dan cinta orang tua itu tak pernah padam meskipun anak-anak sudah besar. Potret yang terjadi di keluarga Ibu Siti ini pasti sangat mudah ditemukan di sekitar kita. Beberapa konflik disajikan dengan porsi yang pas. Namun jika Jeihan Angga dan Hanung Bramantyo bisa sedikit lebih dramatis terutama di babak akhir film saat terjadi insiden hingga proses Murni melahirkan mungkin akan lebih menguras emosi dan air mata penonton.


Untuk jajaran pemain, performance Ibu Christine Hakim sungguh mengesankan. Diam dan melamun saja sudah membuatku pedih. Peran Ibu Siti dilahapnya dengan sempurna. Siapapun yang melihat film ini aku sangat yakin bakal langsung merindukan sosok ibu atau nenek yang ada dirumah. Kebersamaan yang tercipta dengan Mbak Sum, Jalu dan Murni tampil begitu heartwarming. Penampilan Ayu Shita sebagai ODGJ pun bikin pangling. Raut wajah dan tatapan kosongnya JUARA. Selain itu, penampilan Niken Anjani dan Ge Pamungkas juga surprisingly tidak mengecewakan. Aku suka bagaimana keduanya saling berinteraksi akan tanggung jawab terhadap ibu mereka.
Overall, film JUST MOM (2022) bisa banget menjadi sebuah tamparan penuh emosi sekaligus reminder untuk selalu mengingat akan sosok orang tua. Endingnya terlalu menyesakkan dada!


[9/10Bintang]

Senin, 24 Januari 2022

[Review] Merindu Cahaya De Amstel: Kisah Cinta Segitiga Gadis Belanda Mualaf



#Description:
Title: Merindu Cahaya De Amstel (2022)
Casts: Amanda Rawles, Bryan Domani, Rachel Amanda, Ridwan Remin, Oki Setiana Dewi, Maudy Koesnaedi, Rita Nurmaliza, Floris Bosma, Yasmin Karssing
Director: Hadrah Daeng Ratu
Studio: Unlimited Production, Maxima Pictures


#Synopsis:
Nico (Bryan Domani) dan Joko (Ridwan Remin) sedang menghadapi deadline pekerjaan jurnalis mereka. Keduanya diharuskan mencari ide artikel dan foto anti mainstream untuk dimuat dalam surat kabar. Sambil berjalan-jalan di De Amstel, Nico memotret suasana kota dan orang-orang yang sedang berjalan disana. Satu jepretan foto seorang wanita muslim berhijab mengalihkan pandangan Nico. Gadis tersebut mengenakan warna yang serasi dan nampak bersinar dibandingkan orang-orang disekitarnya. Bos dari Nico pun sangat senang melihat foto tersebut dan meminta Nico untuk segera membuat artikel berdasarkan foto itu.



Keesokan harinya, Nico berusaha mencari keberadaan gadis muslim itu dan akhirnya ia bertemu dan berkenalan dengan Khadija (Amanda Rawles). Nico pun meminta izin pada Khadija untuk mempublish fotonya itu di surat kabar. Namun sayang, Khadija menolak permintaan Nico dan pergi meninggalkannya.
Khadija sendiri merupakan seorang mahasiswi yang mengambil kuliah jurusan Sastra Bahasa Indonesia. Ia memutuskan untuk menjadi mualaf dan mengenakan hijab setelah hidupnya kacau gara-gara sang mantan kekasih, Niels (Floris Bosma) yang tega menyebarkan video kemesraan mereka saat pacaran. Saat ini Khadija tinggal bersama dengan Fatimah (Oki Setiana Dewi), wanita muslimah asal Indonesia yang menolong Khadija saat berusaha untuk bunuh diri. Menjadi wanita muslimah membuat Khadija jauh lebih tenang dan damai. Ia memulai kembali hidupnya dari nol dan bekerja di toko buku. Suatu hari, Khadija menolong mahasiswi asal Indonesia bernama Mala (Rachel Amanda) yang hampir saja kena copet. Gara-gara kejadian itu, Khadija dan Mala menjadi berteman. Mala merasa sangat senang bisa bertemu dengan Khadija karena ilmu agamanya jauh lebih bagus ketimbang dirinya.


Sementara itu, Nico dan Joko terus berusaha meminta izin dari Khadija. Joko yang merupakan teman dari Mala siap membantu apa saja yang dibutuhkan Khadija dan Mala. Sebagai hubungan timbal balik, Khadija bersedia menjadi narasumber Nico dan mereka pun harus membantu Khadija untuk studinya tentang tulisan seni budaya Indonesia.
Kebersamaan yang terjalin antara Nico, Khadija dan Mala membuat mereka terjebak cinta segitiga. Khadija bisa merasakan jika Mala mencintai Nico. Namun ia memilih untuk mengalah demi sahabatnya itu. Tapi Nico lebih memilih Khadija. Ia bahkan siap untuk mualaf agar bisa menjalin hubungan dengan Khadija.


#Review:
Setelah tertunda hampir dua tahun akibat Pandemi CoVid-19, akhirnya film MERINDU CAHAYA DE AMSTEL (2022) tayang juga diseluruh bioskop Indonesia mulai 20 Januari lalu. Film garapan sutradara Hadrah Daeng Ratu ini diangkat dari novel best seller karya Arumi E yang dirilis pada tahun 2015 lalu. Untuk segi cerita, film MERINDU CAHAYA DE AMSTEL (2022) menyajikan kisah perjalanan hijrah bule mualaf dan terjebak cinta segitiga dengan dua warga Indonesia. Pada paruh awal film, jalan cerita yang dihadirkan terbilang cukup mulus dan menarik perhatian. Aku lumayan suka dengan cara pertemuan antara Khadija dengan Nico meskipun seiring berjalannya waktu, cerita film ini terlalu kebanyakan kebetulan dengan mengatasnamakan takdir dari Allah SWT. Apakah Belanda itu memang sangat sempit sehingga dua bule yang menguasai Bahasa Indonesia bisa bertemu dengan warga Indonesia asli. Sebuah permasalahan klasik yang sangat mudah ditemukan dalam film-film Indonesia yang menggunakan latar luar negeri sebagai lokasi shooting.


Konflik film MERINDU CAHAYA DE AMSTEL (2022) mulai dihadirkan pada paruh selanjutnya. Development character dari sosok Khadija sebetulnya menarik tapi sayang, alasan dia memutuskan mualaf tidaklah detail. Andai saja film ini lebih fokus untuk mendalami cerita kehidupan Khadija sebelum dan sesudah hijrah mungkin bisa jauh lebih menarik lagi. Moment Khadija pertama kali dikenakan hijab oleh Oki Setiana Dewi pun jadi kurang powerful padahal scoring musik dan performa Amanda Rawles sudah sangat meyakinkan. Plot hole selanjutnya datang dari karakter Mala yang diperankan Rachel Amanda. Backstory sosok Mala hanya sebatas tidak pernah sholat. Tapi karakter Nico dengan mudahnya menilai Mala sebagai sosok perempuan yang sama saja seperti perempuan Belanda lainnya yang hidup "bebas". Terasa kontradiktif sekali, karena sepanjang durasi film, karakter Mala tidak pernah terlihat sebagai perempuan nakal. Ia malah seperti mahasiswi Indonesia pada umumnya. Cukup disayangkan sih, Benni Setiawan selaku penulis naskah film ini membuat elemen drama religinya terlalu dangkal cuma seputar mengenakan hijab, analogi permen untuk aurat dan menjadi mualaf demi orang yang disayang.


Terlepas dari segala kekurangannya, film MERINDU CAHAYA DE AMSTEL (2022) masih mempunyai penampilan Duo Amanda dengan pesonanya yang sangat cantik. Amanda Rawles berhasil membawakan karakter Khadija dengan aksen bahasa Indonesia logat bule Belanda serta kesederhanaannya dengan baik. Peran yang sangat berbeda dibandingkan film-film yang pernah dibintangi Amanda Rawles sebelumnya. 


Selain itu, visual Amanda Rawles saat mengenakan hijab benar-benar subhanallah sekali. Cantik, bikin adem dan teduh banget. Performance Rachel Amanda pun tidak mengecewakan meskipun pendalaman cerita dari karakter Mala terlalu biasa saja. Penampilan Bryan Domani pun semakin membuktikan jika dirinya bisa setara juga dengan para aktor-aktorpopuler film Indonesia lainnya.
Overall, jika kamu ingin jalan-jalan ke Belanda sambil melihat Amanda Rawles yang sangat sempurna dengan hijabnya, yuk nonton film MERINDU CAHAYA DE AMSTEL (2022) di bioskop!



[6.5/10Bintang]

[Review] Teluh: Dampak Buruk Dan Mengerikan Dari Terror Santet Teluh!



#Description:
Title: Teluh (2022)
Casts: Baron Hermanto, Ferdi Ali, Monique Henry, Farahdiba Ferreira, Daisy Brata, Nadira Sungkar, Yati Pesek, Vonny Anggraeni, P Waluyo
Director: Dedy Mercy
Studio: 786 Production, Mercusuar Films


#Synopsis:
Pak Indra (Baron Hermanto) adalah seorang pengusaha batik. Ia memiliki keluarga bahagia bersama dengan sang istri, Ibu Farida (Daisy Brata) dan ketiga anaknya yaitu Yudha (Ferdi Ali), Diana (Monique Henry), Febby (Nadira Sungkar). Namun sayang, dibalik keharmonisan keluarga ini, Pak Indra malah menjalin hubungan terlarang dengan salah satu karyawannya yaitu Yulia (Farahdiba Ferreira). Tak hanya itu saja, Yulia pun kini sedang mengandung anak dari Pak Indra dan meminta pertanggungjawabannya.



Namun sayang, upaya Yulia meminta tanggung jawab itu tidak membuahkan hasil. Pak Indra meminta Yulia untuk menggugurkan kandungannya. Ia pun siap membayar dan membiayai hidup Yulia dengan harta melimpah asalkan pergi jauh dari kehidupan Pak Indra. Mendengar hal tersebut membuat Yulia bersedih dan kecewa. Ia tidak tega membunuh bayi yang ada dalam kandungannya itu. Beberapa hari kemudian, Yulia ditemukan tewas dengan gantung diri di rumahnya.


Enam bulan berlalu, kehidupan keluarga Pak Indra berjalan seperti biasanya. Namun pada suatu malam, Mbok Sutinah (Yati Pesek) tak sengaja melihat sebuah bola api jatuh ke pekarangan rumah. Ia ketakutan dan berpikir sesuatu yang buruk akan menimpa keluarga Pak Indra. Kekhawatiran Mbok Sutinah itu terbukti. Satu persatu anggota keluarga Pak Indra mengalami kejadian aneh. Dari mulut Diana keluar gumpalan rambut disertai darah. Kemudian Ibu Farida jatuh sakit, Yudha hampir tersambar petir dan Diana selalu bermimpi buruk akan kematian ayahnya.



Pak Indra yakin jika semua hal buruk yang menimpa keluarganya itu akibat dari Teluh dan ada hubungannya dengan Yulia. Ia pun mencari keberadaan keluarga Yulia dan meminta untuk segera menghentikan perbuatannya itu. Pak Indra siap memberikan apapun asalkan keluarganya tidak diganggu. Namun sayang, keadaan semakin kacau. Ibu Farida mengalami kerasukan dan menyerang Diana. Pak Indra pun memutuskan untuk meminta bantuan pada dukun untuk menghentikan terror Teluh tersebut.
Seiring berjalannya waktu, keluarga Pak Indra tak henti-hentinya mendapatkan serangan Teluh. Perut Febby tiba-tiba membesar secara tidak wajar dan dukun yang mencoba membantu Pak Indra pun tewas. Hingga pada akhirnya, sebuah rahasia terkuak tentang kematian sebenarnya dari Yulia.



#Review:
Rumah produksi 786 Production yang selama ini dikenal sebagai produsen film-film lokal di Sulawesi kini menghadirkan sebuah film horror terbaru berjudul TELUH (2022) yang dirilis pada 20 Januari lalu. Film yang disutradarai oleh Dedy Mercy ini menghadirkan kisah sebuah keluarga yang mendapat kiriman Teluh. Seperti yang sudah kita ketahui, praktek Teluh memang sudah menjadi budaya mistis di Indonesia. Banyak kisah-kisah tragis terjadi setelah seseorang mendapatkan kiriman Teluh atau Santet. Lewat film ini, Dedy Mercy menurutku cukup berhasil menyajikan dengan detail tentang apa itu Teluh dan bagaimana dampak buruk terhadap pelaku dan juga korban. Plot twist yang dihadirkan juga eksekusinya tidak terlalu buruk meskipun mungkin saja mudah untuk ditebak.


Yang cukup mengejutkan dari film ini datang dari para pemain. Meskipun tidak dibintangi nama-nama besar di industri perfilman Indonesia, jajaran pemain film TELUH (2022) memberikan penampilkan akting yang memuaskan. Aku yang awalnya sangat skeptis terhadap film ini merasa bersalah karena ide cerita dan performa para pemainnya ternyata tidaklah buruk. Yang cukup disayangkan mungkin dari segi naskah serta dialognya yang terkesan biasa saja dan sangat repetitif di beberapa adegan. Agak melelahkan melihat dialog para pemain yang itu-itu saja.


Untuk segi visual, film TELUH (2022) akan jauh lebih baik jika tidak menampilkan efek CGI dibeberapa adegan. Karena, nuansa organik dari film ini sudah sangat mendukung dalam menghadirkan suasana mencekam. Adegan gore dan berdarah-darah yang ditampilkan juga surprisingly bagus untuk ukuran film lokal produksi kelas B.
Overall, film TELUH (2022) tidaklah buruk-buruk amat. Masih enjoyable untuk ditonton di bioskop. Pengembangan cerita dan penampilan para pemainnya cukup memuaskan.


[6.5/10Bintang]

Jumat, 21 Januari 2022

[Review] Layangan Putus - First Season: Drama Perselingkuhan Menghancurkan Segalanya



#Description:
Title: Layangan Putus - First Season (2021)
Casts: Putri Marino, Reza Rahadian, Anya Geraldine, Frederika Alexis Cull, Graciella Abigail, Marthino Lio, Ruth Marini, Raquel Katie, Michelle Wanda, Arif Brata, Ricky Wattimena, Lala Choo, Ivan Lie Kabul, Kamal Hafid, Stevana Dinda Rizky, Yorda Emily, Bryan Andrew, Ferry Nasution
Director: Benni Setiawan
Studio: MD Entertainment, WeTV Indonesia


#Synopsis:
Acara siraman tujuh bulan kandungan Kinan (Putri Marino) berjalan dengan lancar dan penuh suka cita. Seluruh kerabat dekat dari Kinan dan sang suami yaitu Aris Sugarda (Reza Rahadian) datang memberikan do'a terbaik serta hadiah untuk mereka. Anak perempuan Kinan dan Aris yaitu Raya (Graciella Abigail) pun sudah tidak sabar mendapatkan adik baru.


Disaat Kinan dan ketiga temannya yaitu Andre (Marthino Lio), Lola (Raquel Katie) dan Dita (Michelle Wanda) sedang berbincang, mereka melihat seorang wanita cantik datang. Ia nampak begitu akrab dengan Aris dan membuat Lola serta Dita curiga. Kinan pun langsung memberitahu jika wanita itu adalah Miranda (Frederika Cull), rekan bisnis Aris di kantornya. Pada malam harinya, Kinan sangat berterima kasih kepada Aris karena sudah mewujudkan acara siraman yang ia inginkan. Seluruh kerabat dan keluarga terlihat sangat senang dan turut berbahagia menyambut kelahiran anak kedua dari Kinan dan Aris.


Keesokan harinya, Mbok Atun (Ruth Marini) menemukan noda tak biasa pada kemeja yang dikenakan Aris. Ia pun melaporkan hal itu pada Kinan. Setelah mengetahui hal tersebut, Kinan mencium aroma parfum asing pada kemeja Aris. Insting Kinan pun mulai berkata jika ada yang tidak beres dengan suaminya itu. Ia sengaja tidak langsung menanyakan pada sang suami, Kinan lebih memilih untuk mencari bukti-bukti lainnya untuk menguatkan dugaan.
Keanehan sikap Aris semakin muncul dihadapan Kinan. Aris ketahuan berbohong disaat akhir pekan ia ada pekerjaan penting di kantor tetapi ketika Kinan mengirim makanan ke kantor, sang suami tidak ada disana. Tak hanya itu saja, Aris pun jadi sering jarang berkumpul dengan kedua temannya yaitu Alif (Ricky Wattimena) dan Irfan (Arif Brata) dengan alasan yang tidak jelas. Bahkan kedua temannya itu mempunyai dugaan jika Aris memiliki wanita simpanan.


Suatu hari, Kinan kembali menemukan keanehan pada sang suami. Sebuah anting berlian berwarna biru tersimpan di saku jas milik Aris. Kinan pun berusaha mencari tahu siapa pemilik anting tersebut. Setelah ditelusuri, Kinan melihat Miranda mengenakan anting yang sama persis dengan yang ada ditangannya. Diam-diam Kinan pun membuntuti Miranda yang sedang dalam perjalanan menuju hotel. Ditengah suasana hatinya yang sedang kacau balau, Kinan mengetuk-ngetuk pintu hotel dan memeriksa kamar hotel yang dimasuki Miranda. Tapi sayang, kecurigaan Kinan terhadap Miranda terpaksa berakhir karena Miranda sedang bersama pria lain bukan Aris, suaminya.
Keesokan harinya, Kinan meminta maaf pada Miranda atas kejadian yang memalukan itu. Kinan pun menangis dan meminta maaf pada Aris karena sudah menuduh berselingkuh dengan Miranda. Emosi Aris meledak dan meminta istrinya untuk tidak melakukan hal-hal yang diluar batas. Kejadian tersebut membuat Aris harus memutar otak agar hubungan perselingkuhannya dengan Lydia (Anya Geraldine) tidak diketahui oleh Kinan. Ia pun mengurangi intens pertemuan dengan Lydia agar tidak menimbulkan kecurigaan.


Waktu terus bergulir, tapi insting Kinan akan suaminya berselingkuh itu semakin kuat. Diam-diam Kinan selalu memergoki Aris terlalu asyik main ponsel dan video call. Selain itu, Kinan pun terkejut disaat mengetahui sang suami menginstall aplikasi chat baru tanpa sepengetahuannya. Dugaan Aris berselingkuh juga diperkuat disaat Raya mendengar jika ayahnya itu sering bertelepon dengan seseorang bernama Jack Office.
Kondisi kehamilan Kinan pun semakin membesar. Ia pun menjadi gampang lelah dan stress gara-gara terlalu sering memikirkan suaminya. Puncaknya, Kinan ditemukan tak sadarkan diri di toilet. Mbok Atun dan Lastri kemudian segera membawa Kinan ke Rumah Sakit. Mereka terus mencoba menghubungi Aris namun teleponnya tak pernah diangkat. Setibanya di Rumah Sakit, kondisi tekanan darah Kinan ternyata sangat tinggi. Hal tersebut sangatlah beresiko terhadap bayi yang sedang dikandungnya. Seluruh sahabat Kinan menunggu di Rumah Sakit sambil terus menghubungi Aris.
Setelah diberi obat, Kinan akhirnya bisa beristirahat. Kejadian itu membuat orang-orang disekitar Kinan menjadi kesal kepada Aris. Bahkan setelah Aris datang ke Rumah Sakit, Raya pun ikutan sedih dan kesal kepada ayahnya itu. Aris merasa bersalah karena tidak menjadi suami siaga dan malah asyik bercumbu dengan Lydia di apartment. Sebagai bentuk tanggung jawab, ia menginap dan menunggu Kinan semalaman di Rumah Sakit.



Pagi harinya, Kinan tersadar. Ia melihat Aris sedang tidur di sofa kamar. Kinan pun pelan-pelan bangun dari kursinya dan mengambil ponsel Aris. Dengan bergerak cepat, Kinan mencari kontak bernama Jack Office dan menyimpan nomor tersebut. Usai mendapatkan nomor Jack Office, Kinan meminta bantuan pada Lola untuk menyelidiki nomor tersebut.
Hari demi hari terus berlalu, Aris mulai merasakan jika istrinya itu sudah mulai curiga. Ia dan Lydia harus bisa lebih hati-hati jika sedang berada di luar. Kinan semakin yakin jika suaminya itu berselingkuh. Setelah mendapat bantuan dari Lola, akhirnya Kinan mengetahui siapa sosok Lydia yang sesungguhnya.


#Review:
Tahun 2019 lalu, netizen Indonesia digemparkan dengan sebuah tulisan curhat dari akun Facebook Mommy ASF yang berjudul LAYANGAN PUTUS. Kisah yang ia tulis itu sukses membuat banyak pembacanya sedih sekaligus kesal karena menceritakan drama rumah tangga Mommy ASF yang hancur gara-gara kehadiran pelakor (perebut laki orang). Viralnya kisah Mommy ASF yang konon bernama asli Eca Prasetya itu lantaran sang suami, Ricky Zainal berselingkuh dan menikah diam-diam dengan seorang seleb askfm asal Bali bernama Lola Diara Fidya. Yang lebih tragis lagi, keduanya dikabarkan menikah secara siri di Turki tanpa sepengetahuan dan restu dari Mommy ASF dan kedua anaknya yang masih kecil.


Tulisan Mommy ASF pun semakin banyak diperbincangkan oleh orang-orang dan pada akhirnya Mommy ASF meluncurkan kisah LAYANGAN PUTUS dalam bentuk novel. Popularitas kisah LAYANGAN PUTUS membuat MD Pictures tertarik untuk mengadaptasinya menjadi sebuah serial di platform streaming WeTV dan iFlix. Dengan merekrut Benni Setiawan sebagai sutradara serta Reza Rahadian dan Putri Marino sebagai pemain utama, tak heran jika serial ini menjadi serial yang sangat menjanjikan untuk ditonton. Tiga nama besar diatas memang sudah tidak perlu diragukan lagi kualitasnya karena sudah memenangkan Piala Citra Festival Film Indonesia.
Sebelum mengupas lebih mendalam tentang plot dan cerita serial ini, Eca Prasetya sudah mengkonfirmasi jika LAYANGAN PUTUS versi serial WeTV itu sangat berbeda dengan apa yang ia tulis. MD Entertainment hanya sebatas mengadaptasi dan terinspirasi dari kisahnya saja, kemudian mereka development dan kembangkan sendiri cerita LAYANGAN PUTUS oleh tim penulis naskah dan kreatif. Eca Prasetya mengklaim jika dirinya tidak ikut terlibat dalam proses kreatif serial LAYANGAN PUTUS.


Setelah membaca sekilas versi Facebook maupun Novel, memang terasa sangat berbeda dengan versi serial WeTV. Persamaannya cuma satu yaitu tentang perselingkuhan. Ditangan Benni Setiawan dan tim penulis naskah, serial LAYANGAN PUTUS dibuat jauh lebih dramatis lagi. Sosok Mommy ASF diganti dengan karakter bernama Kinan yang tengah hamil tua. Meskipun terkesan sangat dramatis, tapi justru menambah kekuatan tersendiri untuk serial ini. Proses menuju konflik utama tentang perselingkuhan dibangun dengan sangat baik. Lima episode awal menghadirkan banyak sekali moment investigasi yang dilakukan oleh Kinan. Gerak-gerik sang suami yang tak biasa dan perlahan menemukan bukti-bukti perselingkuhan sukses bikin penonton terbawa suasana dan bikin gregetan. Aku sangat suka bagaimana Benni Setiawan dan tim penulis naskah memanfaatkan teknologi gadget dan sosial media dalam serial ini. Penggunaan Telegram dan Getcontact untuk mendeteksi sang suami yang berselingkuh itu terbukti benar dan memang bisa dilakukan di dunia nyata.



Episode demi episode selanjutnya, serial LAYANGAN PUTUS semakin menambah tensi ketegangan dan dramatisasi yang sangat oke. Kinan akhirnya mengetahui tentang perselingkuhan yang dilakukan Mas Aris dan Lydia. Sumpah ya, adegan "It's Dream Mas, Not Hers! My Dream Mas" tampil sangat epic dan berhasil viral di sosial media. Dramatisasi yang dilakukan tim penulis naskah kali ini benar-benar in very good way. Memasuki tiga episode akhir, serial LAYANGAN PUTUS semakin menguras dan mengaduk emosi penonton karena sosok Aris masih manipulatif dan tak ingin disalahkan. Puncaknya disaat Aris masih saja menemui Lydia setelah kematian anak yang dikandung Kinan. Tagar #SaveKinan kembali menjadi trending dan sangat berharap kedua pasangan ini untuk segera berpisah secepatnya.
[Update 22 Januari 2022]
Final Episode serial LAYANGAN PUTUS kembali menghadirkan plot yang sukses menaikkan tensi dan emosi penonton. Sutradara dan tim penulis naskah masih konsisten untuk menampilkan Aris dan Lydia ini benar-benar bajingan. Penonton benar-benar tidak dibuat berpihak kepada mereka berdua. Dan tentunya pemenang sejati dari serial ini sudah pasti Kinan. Endingnya begitu lembut dan melegakan.
Selain konflik dan plotnya yang sukses tersaji dengan baik, serial LAYANGAN PUTUS ini tentu bisa mengaduk-aduk emosi penonton berkat dua pemain utamanya yaitu Putri Marino dan Reza Rahadian. Drama rumah tangga Kinan dan Aris bisa sangat hidup, harmonis hingga penuh dengan ketegangan berkat kualitas akting keduanya. Transformasi karakter Kinan pun sangat berhasil dilakukan oleh Putri Marino. Aku sangat terpukau pada akting Putri Marino yang sangat bisa menampilkan dua ekspresi yang sangat berbeda dalam satu tangkapan kamera. Sungguh luar biasa! Jika ada ajang penghargaan khusus untuk Serial Indonesia, keduanya HARUS diberi apresiasi dan penghargaan! Bahkan menurutku, serial LAYANGAN PUTUS menjadi serial produksi WeTV terbaik sejauh ini setelah IMPERFECT THE SERIES.



Meskipun memiliki dua pemain utama serta sutradara dan tim penulis naskah yang jempolan, serial LAYANGAN PUTUS juga memiliki kekurangan yang cukup terlihat menonjol disepanjang sepuluh episode. Kekurangan pertama datang dari jajaran pemain pendukung. Khususnya Anya Geraldine yang dipercaya untuk memerankan karakter Lydia Danira. Terasa sangat jomplang saat Anya dipasangkan dengan Reza dan Putri. Gesture dan kualitas aktingnya masih jauh dari harapan. Alhasil, karakter Lydia ini hampir flat dan tak bernyawa disetiap episodenya. Cukup disayangkan sih kualitas akting dari Anya Geraldine masih stuck gitu-gitu aja. Seandainya aku menjadi Casting Director serial ini, aku bakal lebih memilih aktris seperti Aurelie Moeremans, Ratu Felisha, Aghniny Haque atau aktris yang mempunyai potensi kualitas akting jauh lebih besar ketimbang Anya.
Kekurangan kedua datang dari development story karakter pendukung seperti sahabat-sahabat dari Kinan dan Aris. Potensi dari Miranda, Lola, Dita, Irfan, Arif, Andre, Wira hingga Dion sangatlah besar untuk dikembangkan lagi. Namun sutradara dan tim penulis naskah lebih memilih cari aman untuk tidak expanding cerita tambahan dari para karakter tersebut. Sehingga kapasitas mereka dalam cerita ini menjadi terbatas.



Kekurangan ketiga, terlihat dari segi artistik dan visualnya yang dibuat seminimalis mungkin. Sebagai penikmat setia serial-serial produksi WeTV khususnya dengan MD Entertainment, cukup disayangkan sih budget produksi untuk aspek visual serial ini tidak dibuat sama dengan seperti visual untuk film layar lebar.
Overall, serial LAYANGAN PUTUS boleh banget dibilang sebagai salah satu Serial Original WeTV Indonesia terbaik sejauh ini berkat performance mengesankan dari kedua bintang utamanya yaitu Putri Marino dan Reza Rahadian. Sangat berharap benchmark serial ini bisa segera diikuti oleh sinetron-sinetron jaman sekarang dan tidak lagi memanjang-manjangkan cerita sampai ribuan episode.



[9/10Bintang]